Bacaan: Amsal 13:5-7 “Orang benar benci kepada dusta, tetapi orang fasik memalukan dan memburukkan diri.
Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi kefasikan mencelakakan orang berdosa.
Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.”
Renungan:
Superiority complex adalah sebuah gangguan dalam jiwa seseorang yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mencapai kesempurnaan di dalam setiap aspek kehidupan orang tersebut. Menurut seorang psikolog, sejak manusia lahir ke dunia, ia sudah dalam keadaan tubuh yg lemah tak berdaya. Kondisi yang lemah tersebut bisa berupa kelemahan secara fisik atau cacat, pola hidup yang manja di dalam diri seorang anak yang berlanjut sampai dia dewasa, dan pengabaian seorang anak oleh keluarga sehingga ia tidak dipedulikan, tidak menerima kasih sayang dan pujian dari orang tua. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan sang anak mengalami superiority complex, di mana ia selalu berusaha tampil menjadi orang yang sempurna dalam segala hal di hadapan orang banyak. Seseorang yang mengalami superiority complex sesungguhnya menyembunyikan perasaan inferior atau rendah diri yang ada di dalam dirinya. Ia ingin sekali mendapat pengakuan dari orang di sekitarnya. Misalnya, seseorang yang berlagak kaya, berlagak pintar, berlagak cantik dan sebagainya, padahal sebenarnya ia tidak seperti itu. Ini membuktikan bahwa ia sudah tidak jujur terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Dengan kata lain ia seperti memakai topeng. Orang tersebut melakukan hal itu karena tidak ingin dipandang rendah oleh banyak orang, padahal sesungguhnya belum tentu orang lain merendahkannya.
Tuhan tidak ingin kita menjadi pribadi yang rendah diri. Ia tidak meminta apa yang tidak kita miliki. Ia lebih tahu apa yang kita butuhkan, bahkan memberikan kita apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Bisa saja kita memandang kelemahan dan kekurangan kita sebagai sesuatu yang buruk, tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Bahkan orang lain pun belum tentu memandangnya sebagai hal yang buruk. Oleh sebab itu, terimalah keadaan kita apa adanya. Jangan pernah membandingkan keberadaan kita dengan orang lain. Maksimalkan apa yang kita miliki dan tetaplah menerima apa pun dan bagaimanapun keadaan kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, tolong aku agar aku bisa menerima diriku apa adanya, sebab aku tahu bahwa Engkau selalu memandangku indah dan berharga di mata-Mu. Amin. (Dod).