Bacaan: Mazmur 62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.”
Renungan:
Ada seorang raja yang mengadakan sayembara melukis tentang “Kedamaian”. Pemenangnya akan mendapatkan hadiah berupa emas. Saat diumumkan, banyak seniman dan pelukis mencoba mengikuti sayembara tersebut. Akhirnya dipilihlah 2 lukisan yang benar-benar disukai sang raja. Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga itu bagaikan cermin sempurna yang memantulkan kedamaian. Gunung-gunung menghijau yang menjulang mengitari danau. Di atasnya ada langit biru dengan awan putih berarak-arak. Semua yang memandang lukisan itu akan berpendapat bahwa itulah lukisan tentang kedamaian jiwa. Lukisan kedua menggambarkan pemandangan pegunungan juga. Namun tampak kasar, gundul dan gersang. Di atasnya terlukis langit gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai yang telah mereda. Di sisi gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih. Di balik air terjun itu tumbuh semak-semak menghijau di atas sela-sela bebatuan. Di antara semak-semak itu tampak seekor induk burung pipit berada di atas sarangnya sedang mengerami telurnya dan terlihat kehidupan baru berupa anak burung pipit yang menetas. Lukisan manakah yang dipilih raja pada akhirnya? Ternyata sang raja memilih lukisan nomor dua sebagai pemenangnya. Banyak orang pun bertanya mengapa lukisan itu yang dipilih oleh raja?
Raja menjawab dengan lantang, “Lihatlah burung pipit di dalam lukisan ini. Ia mampu menggambarkan sebuah kedamaian, tanggung jawab dan kehidupan baru. Walau gambaran situasi alam yang buruk dan tidak mendukung, tetapi ibu pipit tetap memenuhi segenap tanggung jawabnya, tetap mengerami telurnya hingga menetas. Rakyatku, kedamaian itu bukan berarti kita harus berada di tempat yang tanpa keributan atau tanpa kesulitan. Kedamaian adalah suasana hati dan pikiran yang tenang dan damai, meski kita berada di tengah-tengah keributan luar biasa, namun tidak dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Kedamaian hati adalah kemampuan menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan di segala situasi dan tetap mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.”
Kemampuan merasa damai di tengah kekacauan atau situasi yang riuh rendah memanglah tidak mudah. Biasanya kita cenderung larut di dalam kekacauan itu, bahkan mungkin ikut menjadi kacau dan berantakan. Jika hati dan pikiran kita tidak tenang, maka kita pun akan mudah terhasut dan termakan isu-isu negatif. Bagaimanakah caranya supaya kita dapat tetap merasa tenang dan damai di tengah situasi yang penuh dengan ketidakpastian dan ketakutan? Rahasianya adalah berada dekat dengan Tuhan, karena hanya dekat dengan Tuhan saja kita akan tenang.
Jadi, sudahkah kita berada dekat dengan Tuhan? Jika kita sulit untuk merasa damai di tengah situasi apapun, itu artinya kita membutuhkan Tuhan agar lebih dekat lagi pada kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, aku membutuhkan Engkau dalam setiap musim hidupku. Jangan biarkan situasi dunia saat ini yang menakutkan karena pandemi covid 19, merampas damai dan ketenangan dari dalam diriku. Tuhan Yesus, Engkaulah andalanku. Amin. (Dod).