Bacaan: Amsal 27:17 “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.”
Renungan:
Setiap orang memiliki 2 arsip yang tersimpan di memorinya. Pertama adalah arsip yang berisi kisah kemenangan, sukacita dan kebahagiaan. Kedua adalah arsip yang berisi kisah penolakan, kegagalan, perkabungan atau hal-hal negatif lainnya. Arsip manakah yang sering kita buka? Kalau kita sering membuka arsip yang pertama, maka hidup kita akan diwarnai oleh kebahagiaan dan kedamaian, sebaliknya jika kita sering membuka arsip yang kedua, maka hidup kita akan diwarnai oleh kepedihan dan kesedihan. Orang yang menyimpan luka-luka emosional biasanya hidup di dalam lingkaran mengasihani diri sendiri. Ia senang menghidupkan dan menghidupi kenangan-kenangan menyakitkan itu di pikirannya dan dikembangkan dengan khayalan-khayalan sehingga semakin lama semakin terasa sangat menyakitkan.
Kita tidak dapat mengubah masa lalu, namun kita dapat memperbaikinya sekarang guna membangun masa depan yang cerah. Langkah apa yang harus diambil agar kita sembuh dari luka-luka itu? Pertama, terimalah semua pengalaman pahit itu sebagai suatu proses pendewasaan. Kita tidak selalu harus mengerti mengapa pengalaman yang menyakitkan itu harus kita alami. Belajarlah melihat bahwa ketika Tuhan mengizinkannya maka hal itu pasti ada baiknya bagi kita, sekalipun hal itu menyakitkan. Mungkin lewat masa-masa yang menyakitkan itu Tuhan sedang menumbuhkan atau mengasah kasih, kesabaran, pengampunan, penguasaan diri kita sehingga kita semakin serupa dengan Kristus. Kedua, ampuni orang yang sudah membuat rasa sakit di dalam hidup kita. Mungkin kita terluka oleh penolakan, perlakuan kasar atau ketidakadilan yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang terdekat dengan kita. Kita tidak akan pernah merasa bahagia selama masih menyimpan kebencian atas luka-luka itu. Ambillah tindakan kasih saat ini juga, yaitu berdiri di hadapan Tuhan dan menyatakan bahwa kita mengampuni mereka yang pernah melukai kita. Dengan demikian kita telah melepaskan diri kita dari jerat kebencian yang menghambat pertumbuhan iman dan kasih kita. Ketiga, ketika kenangan luka masa lalu mencoba untuk mampir dan bermain-main di pikiran, tolaklah itu dengan cara melakukan kegiatan yang berguna. Iblis suka melepaskan panah api jahatnya ke pikiran kita. Salah satu contohnya adalah mengintimidasi kita atas luka-luka masa lampau. Ketika panah api itu mulai menyerang, patahkanlah dengan melakukan kegiatan yang berguna seperti membaca firman Tuhan, buku rohani dan berdoa.
Marilah kita kuduskan kembali hati dan pikiran kita sehingga damai sejahtera Tuhan kembali menguasai diri kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, dalam ketidakmengertianku atas semua rasa sakit ini, ajarilah aku untuk tetap percaya akan kasih dan pembentukan-Mu sehingga aku menjadi lebih dewasa dalam iman. Amin. (Dod).