Jumat, 24 Maret 2023

Kencan Dengan Tuhan (Senin, 13 September 2021)

Bacaan: Amsal 15:1 “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”

Renungan:
Robert Webber suatu kali berlibur bersama orang tuanya ke daerah pertanian di Pennsylvania. Robert yang waktu itu berumur 9 tahun sangat suka makan buah berry. Jadi ia mengambil sebuah ember dan mulai memetik buah berry di kebun tetangganya. Tiba-tiba sang tetangga membuka pintu, mengacungkan tinju sambil berteriak, “Pergi dari kebunku! Jangan sampai aku melihatmu lagi di sini!” Robert ketakutan. Ia berlari untuk memberitahukan ayahnya. Pak Webber lalu berkata kepada anaknya, “Berikan ember berry itu. Kita akan berbicara dengan orang itu.” Dalam hati, Robert berpikir, “Bagus, ayahku akan memberinya pelajaran!” Ketika tiba di rumah pemilik buah berry, Pak Webber berkata, “Tuan, saya minta maaf atas kelancangan anak saya ini. Ini saya kembalikan buah berry yang diambil anak saya.” Tetangganya terpana dan berkata, “Hei, maaf. Sayalah yang salah karena telah membentak anak Bapak. Saya tidak mau menerima buah berry itu, karena saya tidak menyukainya. Ambil saja untuk anak Bapak. Dan lain kali dia boleh memetik buah berry di kebun saya.” Dalam perjalanan pulang, sang ayah berkata, “Nak, ingatlah jawaban yang lemah lembut memadamkan amarah.”
Suatu ketika Allah menyuruh Gideon menyerang orang Midian hanya dengan 300 prajurit saja. Di akhir kemenangan, Gideon meminta bantuan orang Efraim untuk membantunya. Akhirnya orang Efraim berhasil menawan dan membunuh dua raja Midian. Melihat semuanya itu, orang Efraim protes mengapa Gideon hanya melibatkan mereka di akhir pertempuran saja, tidak dari awal perang. Gideon menjawab bahwa keterlibatan mereka juga punya andil yang besar walau hanya berperang sebentar, karena mereka sudah membunuh dua raja. Jawaban Gideon benar-benar meredakan kemarahan dan mencegah perpecahan. Seandainya ia kesal dan menjawab dengan ketus, bisa jadi akan terjadi perang saudara di antara mereka.
Penulis Amsal berkata bahwa jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah. Marilah kita belajar mengendalikan perkataan kita, sehingga mampu memenangkan tantangan demi tantangan, bahkan menaklukkan hati para penentang kita. Tuhan Yesus memberkati.

Doa:
Tuhan Yesus, urapilah perkataan mulutku, agar apa yang kuucapkan akan mendatangkan damai sejahtera dan memberkati orang lain. Amin. (Dod).